Rabu, 02 September 2015

“You get educated by travelling”




Tidak terasa tepat setahun yang lalu dapat rejeki durian runtuh bisa keliling benua biru. Tidak terasa juga dapat wangsit isi artikel sok religius begini…



Tuhan lewat tanganNya selalu memberi manusia beragam tantangan untuk semakin mengimani berkat yang diberikanNya. Menurut saya Tuhan sudah ada di hati kita masing – masing. Kadang kita terlalu jauh mencari Tuhan hingga berteriak dengan suara lantang mencari Tuhan. Tidak perlu melangkah secara terburu-buru, nanti mudah lelah dan meninggalkan ajaranNya. Ia datang dari hati kita disaat Ia yakin ini saat yang tepat untuk memberikan tantangan, Ia ingin melihat ciptaanNya naik kelas dan semakin beriman. Beriman bukan beragama.


Hari ketiga kaki ini berpijak di benua biru, Tuhan menguji iman. Keluarga beribadah secara katolik. Jalan salib adalah hal yang sangat familiar bagi keluarga katolik seantero dunia mulai dari keluarga katolik di Indonesia sampai Irlandia sana. Jalan salib merupakan salah satu prosesi ibadah yang dijalankan dalam menyambut Paskah (di Muslim hampir mirip seperti mengitari Ka’bah). Jarang sekali ikut ibadah jalan salib ini, terakhir kali waktu kuliah (itu pun dipaksa), sampai akhirnya Tuhan memerintahkan hati, pikiran dan tenaga untuk ibadah jalan salib saat ke dan di Roma, ikut merasakan deritaNya, banyak jalan menuju Roma bisikNya…




Pelajaran pertama dan kedua dalam “ibadah” ini. Sebelum berangkat ke bandara, tiba – tiba tumbler tumpah. Apesnya, air merusak eticket menuju Roma. Sempat KZL, beruntung airnya tidak merusak barcode eticket dan masih bisa dibaca mesin Easyjet bandara Schiphol. Gambar diatas adalah bukti ketidakjelasan info dari Easyjet, banyak penumpang kerepotan memasukan tas kecil mereka ke dalam satu ransel. Tidak sedikit yang gagal menjadikan satu dan terpaksa membayar kelebihan barang bawaan.




Dibalik cobaan tadi masih bisa bersyukur. Pesawatnya masih kinyis – kinyis, jarak antar kursi Easyjet jauh lebih luas dan nyaman dibanding Ryanair. Pesawat Easyjet ini ternyata ababil, saya diperbolehkan mengeluarkan lagi tas kamera (yang sebelumnya wajib dijadikan satu kedalam ransel) saat di atas kabin. Kebiasaan kalo naik pesawat; baca safety on board, lepas sepatu terus tidur, ademmm benerrr…




Perjalanan udara dari Amsterdam ke Roma menempuh waktu dua jam jelajah. Bersyukur lagi pramugari Easyjet ini prima donna italiano lebih ramah dari Emirates. Sengaja pilih aisle seat, keles kesenggol mbak mugari italiano ini (N.G.A.R.E.P). Una belleza prima donna





Pelajaran ketiga. Harus berjalan lumayan jauh dari pintu keluar bandara Fiumicino ini untuk ke stasiun bandara dan banyak tanya ke petugas bandara dimana letak stasiun kereta yang agak membingungkan. UscitaaaCiaooo Bellaaa… Syahrini gellaaa






Hostel tujuan sebenarnya terletak dekat stasiun Aurelia, sepuluh menit jalan kaki dari stasiun itu. Menuju kesana harus transit di stasiun Roma Trastevere dulu kemudian lanjut kereta lain (tidak perlu beli tiket lagi). Stasiun ini hanya terdapat papan petunjuk jalur menuju stasiun Valle Aurelia, tidak ada papan petunjuk jalur stasiun Aurelia (doang). Saat di Indo sudah foto di handphone kalo saya harus cari kereta FR5 dari Trastevere untuk ke Aurelia (dik doank). Berhubung belum pegang peta kota Roma dan disana hanya melihat papan petunjuk Valle Aurelia, maka saya setuju dengan kata adik (bisa saja info dari google saya kurang update) untuk ambil kereta FR3 ke Valle Aurelia. Pelajaran keempat (paling berat) segera akan dimulai…





Pelajaran keempat dimulai di stasiun Valle Aurelia (dekat Vatican City). Ternyata beda dari stasiun tujuan kami meskipun namanya hampir mirip, sadar kalau nyasar setelah di pintu keluar. Tanya anak kecil di luar stasiun yang coba menerangkan dengan bahasa tubuh dan italianonya kalo tujuan saya masih sangat jauh. Berikut tampilan di googlemap rute jalan salib di Roma…



Perjalanan yang sangat jauh dan membawa salib masing – masing alias ransel yang sangat berat. Maksud tanya ke penjual toko dan beli air mineral, karena dehidrasi mengakibatkan salah beli tonik yang dikira air mineral. Dehidrasi juga sempat membuat kami meninggalkan tas kamera saat asik mengambil nafas di depan tangga stasiun metro Ubaldi. Panik berat, beruntung tuan pemilik toko alat musik di depan stasiun menyimpannya untuk kami. Semoga ada rejeki bisa kembali ke Roma menemui anda lagi Signore, Tuhan memberkati anda dengan kelimpahan rejeki, Signore



Lebih dari lima kali beristirahat sepanjang rute yang menanjak ini. Saat istirahat ga sengaja ketemu mobil yang namanya lucu banget, Agila. Gila memang jalan sejauh ini dan membawa ransel yang sangat berat. Bodohnya, tidak kepikiran untuk tanya sopir bis yang melewati rute jalan kaki ini, sekedar untuk tanya tujuan atau beli tiket bis ke hostel.




Saat nafas sudah mulai menipis, setelah lebih kurang jalan kaki selama satu jam dari daerah sekitaran Vatican City. Tiba di hostel tujuan bagaikan menemukan oase di padang Gurun Sahara. Kapan lagi ketemu penginapan seharga 9€ / malam di kota besar Eropa saat musim panas. Mbak resepsionis bilang kalo penyebutan nama orang Indonesia mirip orang Italia. (kalo nama baptis pasti mirip pelafalannya lah neng, kalo Wakwaw pasti ente bilang beda lah neng, bilang aja eneng mau modusin abang yang sedang keletihan yee).



Beginilah penampakan tenda Camping Village Roma untuk tidur selama liburan di Roma; charge handphone, makan, mandi langsung ngaso di barak ini. Apakah pelajaran dari Tuhan sudah selesai? Tentu tidak. Melihat sepotong pizza yang dijual di supermarket hostel membuat tergoda. Setelah dimakan ternyata hanya sepotong pizza yang dilapisi saus tomat, aneh banget rasanya (lebih enak ngemil meicin)…



 





Tips :
1. Berhubung membawa koper dari Jakarta dan berencana untuk keliling Eropa hanya dengan ransel (backpackeran) menggunakan pesawat low cost, koper dititipkan di hostel Stayokay sebelum berangkat ke Roma, gratis.

2. Maskapai Easyjet ini tricky abis. Eticket menyebutkan setiap penumpang diperbolehkan membawa satu tas kecil (tas kamera dan semacamnya) dan satu tas ransel (sesuai dimensi yang mereka persyaratkan) boleh dibawa masuk ke dalam kabin. Tapi saat antri check in, petugas Easyjet Schiphol menyarankan semua tas harus dijadikan satu! Setelah bergulat dengan isi ransel, akhirnya tas kamera bisa dimasukkan jadi satu dengan ransel dan terhindar dari biaya tambahan.
Mayoritas bandara di Eropa mewajibkan calon penumpang untuk mengeluarkan laptop dari ransel / koper saat akan diperiksa sinar pemindai, segera pisahkan dari dalam ransel saat antri supaya nanti ga kelabakan.

3. Beli tiket kereta bandara yang dioperasikan oleh Trenitalia di mesin penjual tiket di stasiun bandara. Untuk tiket BIG / BTI card bisa dibeli di mesin penjual tiket khusus (beruntung ada satu mesin di hostel), sopir bis Roma bus / metrebus dan stasiun pusat Termini (kalo tidak salah). Tiket tadi tidak ada yang jual di bandara (beda dengan mesin Trenitalia). Jangan lupa sebelum naik untuk validasi dengan memasukkan tiket ke alat pencetak (barcode machine), setelah muncul bunyi nanti akan tercetak jam dan tanggal di bagian kosong sebelah atas / bawah tiket.
Menghindari salah komunikasi, lebih baik tulis nama stasiun di kertas dan tunjukkan ke petugas. Kemaren saat tanya Aurelia (doang) petugas langsung mengiyakan dan mengira itu Valle Aurelia, jadinya nyasar.

4. Perhatikan dengan seksama saat membeli air mineral. Roma dan negara Eropa tersedia dua pilihan air mineral yang berbeda. Satu air mineral kemasan yang selalu kita minum di Indo, satu lagi air mineral dengan campuran soda (sumpah ga enak, aneh dan bukan pelepas dahaga). Makan beli saja pasta / Italian food di toko lokal. Bagi penikmat kopi sirup alias starbucks tidak ada di Roma. Kedai kopi disana endesss, cappucino dan lattenya kelas dunia.

5. Tidur di tenda Camping Village Roma ini seru banget, disarankan tidur malam pake coat plus selimut. Angin malam Roma juga dingin dan menusuk. Kereta FR5 dari stasiun Roma Trastevere ke Aurelia (daerah Grosetto) itu beneran ada meskipun papan petunjuk di Trastevere bertuliskan ke arah Civitavecchia - Pisa. Kalo minat bermalam murah di Camping Roma ga usah khawatir masalah transportasi. Hostel ini juga menyediakan amenities standar dan peta kota yang cukup lengkap, keduanya gratis. Bagi internet freak hostel ini kurang cocok, wifi tersedia hanya di pusat informasi, itu juga kurang kuat.


0 komentar:

Posting Komentar