Selasa, 14 Juli 2015



"Cambodia, a country with thousand pagodas"






Yep, pengalaman pertama ke luar negeri disambut banjir. Gila ini sih bukan liburan, ngerasa lagi di salah satu kecamatan di Jakarta waktu musim banjir. Kesan pertama tiba di Phnom Penh sebelas duabelas Jakarta, wajah orang Kamboja mirip, banyak kendaraan pribadi dan tentunya pagi hari macet di segala penjuru!

Maaf curcol dikit diawal. Kenapa memutuskan Kamboja? Selain relatif murah, pasti akan dapet sedikit pelajaran & pengalaman berharga kalau pilih negara yang berbahasa Melayu juga (baca : Singapura & Malaysia), cari tantangan dan suasana baru. Selain itu, Kamboja punya potensi pariwisata yang belum dimiliki negara ASEAN lain. Sekalian ngelatih bahasa isyarat, tubuh, qolbu dan inggris sih. Pengalaman liburan di Kamboja sangat berharga.

Oke fokus!
Perjalanan dari Jakarta ke Phnom Penh kurang lebih tiga jam naik pesawat terbang,  mirip Jakarta ke Lombok. Sebelumnya baca berita di Jakarta kalo Phnom Penh kena banjir lumayan gede, ga begitu percaya dong karena udah beli tiket. Sebelum mendarat baru percaya, baru mulai kelihatan banjir dimana-mana. Amsyongggg

Setelah tiga jam pesawat mendarat mulus di Bandara Internasional Phnom Penh. Bandaranya imut-imut mirip cabe-cabean, kecil tapi efisien, mirip Adi Sucipto di Yogya. Sebagai saudara sesama ASEAN, langsung aja cusss lewat imigrasi ga butuh visa macam bule. Kecuali kalo naturalisasi ya, ga tau deh butuh visa apa ga.

Kelar dicap imigrasi, langsung cari transport ke hostel. Pilihan hemat hanya ada tuk-tuk. Tuk tuk itu mirip ojek namun udah dimodif ala pimp my ride jadi bisa nampung empat orang. Supir tuk tuk ada dua versi, yang berseragam coklat dan yang ga berseragam. Pengalaman naik yang berseragam mangkal di parkiran bandara, yang ga seragam mangkal di luar bandara. Agak mahal emang cuma pelayanan relatif lebih bagus.

Ada pengalaman lucu ketika naik tuk tuk. Karena saya pake batik tapi berwajah menyerupai rakyat Kamboja, selama perjalanan bandara ke hostel selalu jadi pusat perhatian, dari emak-emak, anak muda sampai biksu. Mereka kompak perhatiin saya! 

Beruntung, ada artikel yang cukup menyentil dari seorang Guru Besar UI.
  
Berikut beberapa kata-kata beliau...
"Mayoritas anak-anak muda Indonesia adalah pelancong lokal"
"Pergilah ke luar negeri yang tidak berbahasa Melayu"
"Malu jadi katak dalam tempurung"

Tantangan dari Bapak Rhenald Kasali untuk anak muda Indonesia, bisa dilihat disini.

You guys might buy new original LV bag and new gadgets but Experience is priceless...






Tips :


1.       Tidur, karena mental hemat & ala ransel (backpacker) saya rekomendasi Mad Monkey Hostel. Kelebihan nyaman, aman, lokasi strategis (ala tante Feni Rose) dan banyak supir tuk tuk paham alamat hostel ini. Harga bersahabat, senin harga naik (Feni Rose lagi, Feni Rose lagi). Berhubung saya kurang suka sama si kartu kredit, untuk pemesanan hostel saya minta tolong jasa kartu kredit agan di kaskus yang punya reputasi bagus. Cek hostelworld.com untuk harga terkini.

2.        Makan, coba makanan lokal. Murah dan banyak dipinggir jalan. Yaa ga usah terlalu lenje mikir kebersihan juga sih kan udah pada makan cilok pinggir jalan Jakarta kan?! Imunitas WNI kuat lho. Saya menemukan makanan mirip bubur kepiting + cakwe rasanya enak banget, deket hostel. Dari pintu keluar hostel belok kiri, ikutin jalan lurus terus sampe mentok ketemu jalan protokol, ambil kanan nah tokonya di sekitar situ. Bubur yang jual oma-oma sama cucu-cucunya yang cantik kinyis-kinyis. Banyak pekerja kantoran yang makan di tempat oma tadi, terjamin rasanya, ciamik! Melipir ke daerah Sisowath boleh juga, sebaiknya hindari makan di Russian Market (dikasih saran sama abang tuk-tuk eike).

3.       Uang, di Kamboja berlaku USD dan Riel Kamboja. Kalo ribet cari Riel,  tuker rupiah di Ayu Masagung Kwitang. Untuk nilai tukar terkini silahkan cek xe.com

4.       Transportasi, transportasi selama di Kamboja tuk tuk adalah moda transportasi andalan. Harus jago nawar sama abang tuk-tuk. Kemaren saya kena relatif agak mahal, daytrip (hostel > Choeung Ek > Tuol Sleng > agen Mekong Express) kena 25 USD, menurut saya bisa sekitaran 20 USD. Harga dari bandara ke hostel (daerah hostel & sekitar Royal Palace) berkisar di 9-10 USD. Ajak temen yang jago nawar bisa jadi pilihan penikmat wisata bijak. Cieee

5.   Penting banget, saya siapkan fotokopian paspor, alamat hostel dan KBRI setempat, saya juga menyiapkan cetakan paspor dalam versi pdf di flash disk untuk jaga-jaga.
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar