Minggu, 15 November 2015



“Ave Maria, Gratia Plena – Salam Maria, Penuh Rahmat”


Minuman ringan atau yang lebih dikenal dengan istilah soft drink, selalu menjadi teman setia dikala makan di rumah makan cepat saji. Rasanya yang unik dan menyegarkan adalah alasan untuk memilih minuman ini sebagai teman hidangan utama. Dibalik kenikmatannya (apalagi kalo ukuran satu liter didiskon) kandungan gula dalam minuman ini sangat tinggi, tanpa kontrol tubuh ini bisa melar dan kena diabetes. Terlepas dari sisi buruknya, masih ada hal yang sangat berguna. Saat nyasar dan lelah mencari alamat hostel yang berujung muka pucat dan hampir pingsan, segelas soft drink menyelamatkan dan mengingatkan saya cara menghirup oksigen kembali.

Lourdes tidaklah segemerlap Paris, kota kecil ini lebih mirip sebuah desa kecil di kaki pegunungan yang sangat tenang dan damai. Masyarakat disini berasal dari latar belakang yang berbeda, dimulai dari orang asli Lourdes hingga keturunan Aljazair. Mereka hidup berdampingan, saling melengkapi dan menghargai. Kota kecil ini menjadi sangat terkenal ketika seorang anak gadis desa berjumpa dengan Bunda Maria. Setelah perjumpaan dengan orang suci tersebut, muncul sumber mata air yang dikenal dengan air Lourdes.

Semenjak mata air itu muncul, banyak orang yang mengimani hal tersebut dating ke Lourdes dan mencari berkat dengan meminum atau mengurapi wajahnya dengan air itu. Bagi orang yang percaya, mukjizat sering timbul setelah minum air Lourdes, orang sakit disembuhkan lewat berkat dan usaha yang diterimanya.

Setelah berdoa dan minum air Lourdes, saya diskusi dengan adik tentang mau makan dimana. Tanpa kami sadari, ada seorang bapak yang dari tadi mengamati percakapan kami. Segera bapak tadi bersahut “mau makan apa?” dengan bahasa Indonesia. Bapak tadi mengenalkan diri dengan nama Bapak Mul, beliau lama tinggal di Belanda dan seorang bankir. Kami bertiga berbicara sangat lama hingga ditegur petugas Lourdes untuk tenang. Setelah berpamitan pulang saya cek di google, ternyata bapak tadi orang yang sangat dihormati di komunitas orang Indonesia di Belanda. Sebuah kesempatan yang sangat langka dan saya beruntung bisa berkenalan dan ngobrol dengan beliau. 


Setelah transit di Toulouse, sampai juga di Lourdes



Awalnya niat cari alamat hostel modal baca peta, hanya Bunda Maria yang tau kenapa bisa nyasar padahal hostel dekat banget dari stasiun. Di kedai kebab ini, minuman ringan menyelamatkan nyawa dan penjualnya memberi tau kalo hostel yang dicari dekat sini bukan dekat kastil.



Setelah perjalanan yang dipanjang-panjangkan (nyasar) mencari hostel yang ternyata hanya sejengkal dari grotte dan stasiun, akhirnya bisa istirahat dan nonton bareng Timnas Perancis sama pemilik hostel.



Lourdes pukul setengah enam pagi, mirip malam hari



Ceritanya gaya mau ikutan misa pagi di gereja Lourdes, ternyata misa dalam bahasa Jerman dan belagak sok ngerti bahasanya om Jurgen Klopp. Biarawati Jerman ini sangat berbakat.




Klaar misa minta berkat dulu sama pastor Jerman ini, keles bisa diberkatin tinggal di Jerman. Semakin lama kepala disentuh, maka semakin banyak dosa yang anda perbuat.



La Grotte, cantik banget



Tempat Santa Bernadette menghabiskan masa kecilnya.




Tips :
1. Makan di Lourdes, Pengalaman makan di Lourdes, kebab yang dijual masih menjadi andalan, dengan porsi orang Eropa dijamin cukup kenyang. Beli paket saja bisa lebih murah sudah termasuk minuman ringan sang penyelamat nyawa.

2. Tidur di Lourdes, hostel Saint Etienne ini sangat bisa diandalkan. Lokasi sangat dekat dengan grotte dan stasiun Lourdes.

3. Transportasi di Lourdes, Pengalaman transportasi selama di Lourdes semua objek wisata bisa dicapai dengan berjalan kaki, udara di sini sangat sejuk dan nyaman untuk jalan kaki.





0 komentar:

Posting Komentar