Rabu, 16 September 2015



“To travel is to live” Hans Christian Andersen


Tidur di tenda bersebelahan dengan tenda lain ini sangat menantang. Suara bule di tenda sebelah mudah terdengar. Beruntung bule sebelah ga macem macem malemnya, bisa gawat klo keluar suara misteri. Apa mereka sebelumnya merasa terancam dengar tenda sebelahnya yang ditempati warga dunia ketiga ini ngorok dan ngigau jadi doi mikir dua kali berbuat macem – macem. Pengalaman liburan di Roma yang sangat amat seru.

Setelah puas menikmati surga dunia warisan bangsa Romawi yaitu pastry dan cappuccino sebelumnya, target operasi hari ini adalah masakan utama Italia. Masakan Italia sangat terkenal enak. Mayoritas pasti sudah pernah makan pizza, pasta, lasagna dan spaghetti. Itu masih masakan utama, hidangan pencuci mulut seperti gelato juga sudah familiar di lidah. Diselimuti (taeeelah) rasa penasaran seberapa enak masakan Itali yang dimasak oleh tangan italiano sendiri dan beruntung lagi di negaranya Fransesco Totti, akhirnya mendaulat (tsaaah) kota Roma ini sebagai wisata kuliner yang cocok dijadikan tempat berpetualang baru. Maknyusss

Biar kata wanita Roma kalah panas dengan wanita Eropa Timur, gaya berbusana wanita Italia sangat enak dilihat mata. Saingan mereka hanya kaum hawa dari Perancis. Mereka sangat berbakat memadukan busana yang terlihat sederhana menjadi terlihat sangat elegan. Cuci mata tidak selalu masalah keindahan wanita, Roma juga punya potensi lain yang membuat mata segar. Potensi itu adalah puluhan museum, gereja dan bangunan bersejarah warisan dunia. Rome is a home of thousand open air museums

Serigala – Serigala Roma memang sebutan yang layak dialamatkan (taeelah) bagi kaum adam yang mencari keindahan kaum hawa saat di Roma. Istilah ini jauh lebih keren daripada Ganteng – Ganteng Serigala atau Ganteng – Ganteng Sering Gila. Auwwwww (tukul dong)



Buongiorno Roma



Penampakan mesin penjual tiket BIG / BTI (dikelola pihak kota Roma,mirip Transjakarta), umumnya mesin didominasi warna merah. Beda dengan mesin penjual tiket Trenitalia (dikelola pemerintah pusat, KAI orang itali), umumnya mesin didominasi warna hijau. Mesin ini menerima uang kertas dan koin. Kartu transportasi umum BIG / BTI cukup terjangkau untuk menjangkau sebagian besar wilayah Roma.



Setelah memasukkan sejumlah uang, keluarlah tiket ini. Halte di Roma biasanya ada petunjuk berwarna kuning. Coba sudah punya tiket ini kemarin, tidak akan punya cerita jalan kaki sejauh lima kilometer.



 Setelah masuk di dalam bis, segera cari alat validasi tiket berwarna kuning.



Transport dari halte depan hostel menuju Olimpico stadium mewajibkan dua kali transit, transit pertama di sebuah terminal / pool bis Circonvallazione Cornelia. Sekitaran terminal ini banyak yang menjual makanan italia. Salah satu rekomendasi tempat makan di Roma namanya Gastronomia Pasqualetti, tempat makan ini dekat sekali dari terminal di perempatan jalan. Tempat makan ini juga menjual tiket sepakbola AS Roma melawan Lazio. Pasta bacon carbonara dan panininya terjangkau dan endesss bingits.



Sudah sampai Roma kalau tidak mampir ke Olimpico stadio keterlaluan, wajib hukumnya buat para pendukung FC Barcelona. Stadion ini sangat bersejarah bagi Cules, koleksi trofi UCL ketiga Barcelona dipersembahkan Lionel Messi cs disini. Selama di kota ini jarang terlihat toko souvenir Lazio, kebanyakan menjual pernak pernik AS Roma. Vini, Vidi, Vici



Piazza de Poppolo. Bagi yang senang nonton Da Vinci Code pasti hapal tempat satu ini.



Saat lagi ngaso tengok kiri ketemu dua bidadari ini. Sempat mau modusin minjem korek api ke dua mbak – mbak Roma ini, sekalian tingkatin rayuan Standar Nasional Indonesia ke rayuan Standar Nasional Italia.  Sederhana gayanya tapi elegan. Mbak yune udad udud sek.



Selama jalan kaki dari Piazza de Poppolo ke Trevi sempat ada sedikit ketegangan. Tiba – tiba carabinieri (mungkin nilang) si bro yang pake topi ini. Si bro sempat ga terima dan meneriakkan petugas “rasiso, rasiso” atau rasis. Sempat jadi pusat perhatian para pejalan kaki, gerimis sore di Roma menjadi agak panas. Lumayan mata ini liat hiburan gratis. Bisa jadi mereka berantem karena masalah dunia percintaan…



Salah satu tempat legendaris di Roma, kurang beruntung sedang diperbaiki dan agak gerimis saat itu. Mitosnya kalau melempar koin disini bisa kembali lagi ke Roma, kalau melempar keringat bisa lama menetap di Roma (tapi boong). Trevi Fountain



Gelato ini enak banget, dijual di samping Trevi. Selain itu, di sekitar sini banyak tempat makan yang sudah direkomendasikan Tripadvisor. Rasanya jelas enak, tinggal cari yang sesuai isi dompet. Not only my heart beats Red and White, but also my gelato



Roma open air museum (1), Tempio Adriano.



Rencana awal dari Tempio Adriano jalan kaki langsung ke Pantheon, tak sengaja lewat depan rumahMu (tenda biru mode on). Gereja Ignacio de Loyola (Ignasius dari Loyola) ini ternyata buagusss bangettt. Lumayan agak lama disini sekalian bertobat.



Pantheon. Masuk ke tempat ini penjagaan agak ketat, mungkin salah satu objek vital di Roma. Pengunjung dilarang berisik selama di Pantheon. God is that You??



Roma open air museum (2), Colloseum. Disini banyak turis berwajah Asia minta tolong fotoin, besok pasang tarif jasa boljug. Wani pirooo…



Tips :

1. Pengalaman naik transportasi umum di Roma, meski sudah menunggu bis di halte resmi, saat melihat bis dari kejauhan menuju halte mohon untuk sedikit melambaikan tangan (mirip Uji Nyali) supaya doi berhenti agak lama. Sebelum turun di halte tujuan, tekan tombol dekat pintu keluar untuk memberitau supir.

2. Banyak yang menyarankan untuk tidak membeli makanan burung dan meminta tolong orang asing (orang Italia / imigran) memfoto kita di tempat umum, beruntung kemarin tidak ketemu ini di Roma. Minta tolong sesama turis (dari Asia ide bagus) untuk foto. Tolak dengan sopan dan tegas para penjual kalung (penjual Imigran), doi jualan agak maksa. Copet di Roma lebih banyak, meskipun begitu banyak juga warga kota Roma yang tulus memberikan informasi.

3. Transportasi umum / bis langsung dari halte depan hostel ke pusat kota Roma lebih nyaman naik dan turun dari terminal bis Cipro, naik bis 247/246. Kemudian dari terminal Cipro bisa dilanjutkan naik metro / bis untuk ke obyek wisata. Terminal bis Cipro dengan jalur metro dekat dan terintegrasi.

0 komentar:

Posting Komentar