Selasa, 21 Juli 2015


Bad history and bad time in the past are not always the end of the world. May those lead and teach you how to be a better person in the future. Bounce back your life – Bernardus Ajie



Hari kedua



Tidur berstatus “menang banyak” buat saya sebelum bule cowok botak merebut kemenangan itu dari saya. Jadi saya tidur di kamar hostel yang tipe tempat tidurny mirip asrama. Di kamar itu ada enam kasur, cowok cewek bebas atau kamar campur, beda dengan hostel di Indo yang umumnya punya kamar tipe dorm khusus untuk cewek atau cowok. Awalnya saya satu2ny cowok di kamar itu ditemani dua bule cewek kalo ga salah inget dari Aussie apa Perancis. Cerita berlanjut kenalan, ngobrol ngalor-ngidul dan akhirnya tidur bareng bertiga threesome sekamar (tenang, beda kasur koq). Sampai akhirnya sekitar jam tiga subuh samar terdengar pintu kamar kebuka dan pendingin ruangan jadi semakin dingin. Saya pura pura ke kamar mandi sekalian ngamatin, eh ternyata ada bule botak kampret! Kontroversi!


Ada satu hal lagi yang menarik, jadi kemarin setelah tiba di Bandara Phnom Penh tiba-tiba saya ditanya sama orang Indo tentang apa WNI butuh visa on arrival sebelum dicek imigrasi. Ternyata kita juga ketemu lagi di hostel yang sama, Choeung Ek dan di agen bis Mekong Express di waktu dan jam yang sama! Akhirnya kenalan, tukeran kartu nama dan ngobrol sore cantik. Ternyata mereka bertiga alumni UI dan alumni AIESEC. Indonesian everywhere. In-do-ne-sia!!!

Keren ya intronya...

Agenda hari ini daytrip di Phnom Penh karena menurut saya cukup satu hari untuk menjelajah setiap sudut kota ini. Mulai dari hostel > Choeung Ek > Tuol Sleng > agen bis Mekong Express untuk ke Vietnam. Saya sudah janjian sama supir tuk – tuk yang anter saya ke hostel kemarin untuk menjelajah Phnom Penh. Bis Mekong Express ini ada pramugari/ra yang selama perjalanan akan menjelaskan rute yang dilalui. Pengalaman lucu lagi, sebelum naik bis, tiket dan paspor saya di cek sama mbak mugari, mbak mugari kaget liat wajah saya karena mirip orang Kamboja, dia tanya sembari senyum kamu dari mana? Indonesia, kamu harus liburan kesana nanti saya temani anda jalan-jalan (makan tuh rayuan Standar Nasional Indonesia). Dan mbak mugari pun tersipu malu... Baiklah tanpa berlama – lama pemirsa, kontroversi hati (rasa sedih & lucu) saya dimulai dari sini...


                             Selama perjalanan ke Choeung Ek (1), Hebat



Selama perjalanan ke Choeung Ek (2), Oh Phnom Penh traffic



Selama perjalanan ke Choeung Ek (3), banyak sekolah berlabel internesyenel gini. Lucu, di depan pintu pasti ada mas & mbak berbaju kantoran lengkap dasi. Sayang ga nemu versi Indonesian Idol, pasti yang jaga di depan pintu si Ahmad Dhani, Indra Lesmana sampe Daniel Mananta...




Harga tiket masuk Choueng Ek sudah termasuk audio pemandu dan buku panduan kecil ini, audio terdiri dari banyak bahasa termasuk Inggris dan Melayu, sangat informatif menjelaskan sejarah tempat kelam ini. Foto cewek di depan itu anak UI yang ketemu di bandara kemaren, mirip Nabilah JKT48 versi lebih Arab, minta dimodusin. Eaaaa



Kuburan massal dari 166 korban tanpa kepala. Ada banyak bentuk kekejaman Khmer Merah disini, setelah berjalan dari titik ini, saya dihadapkan dengan pohon Chankiri (saya baru tau ada nama pohon ini) yang sangat besar, di audio dijelaskan bahwa di pohon ini anak-anak diikat kemudian diayunkan dan dibenturkan berkali-kali hingga tewas, untuk mengelabui orang tuanya, serdadu Khmer memasang radio di dekat pohon dengan suara keras. Saya mulai ngilu dan merinding, saya ga berani ambil foto pohon itu...




Di akhir tur, audio pemandu menjelaskan dan mengarahkan saya ke monumen ini. Monumen ini merupakan tempat penghormatan terakhir bagi para korban yang disiksa dan dibunuh secara massal. Pengunjung diijinkan untuk memberi penghormatan, di sekitar situ ada penjual bunga dan lilin. Berhubung jalan-jalan hemat jadi saya hanya menyempatkan masuk dan mengirimkan doa. Agak haru juga saya setelah berdoa... May those innocent souls Rest In Peace




Satu lagi tempat wajib untuk dikunjungi di Kamboja, Penjara S21 atau Tuol Sleng. Penjara ini difungsikan untuk  menginterogasi orang yang dicurigai oleh rezim Khmer Merah. Mereka juga disiksa disini dengan beragam teknik yang sangat tidak manusiawi. Banyak yang meninggal disini tapi kebanyakan dari mereka dibawa ke ladang pembantaian untuk dieksekusi secara massal dan sadis...





Selama perjalanan menggunakan transportasi umum dari Phnom Penh - Ho Chi Minh City, saya melihat banyak sawah dan pabrik - pabrik, lengkap dengan pemandangan para pekerja pulang pabrik di sore hari, mirip di Indo bedanya mereka pulang bareng naik truk bak terbuka. Pengalaman paling seru bagi saya adalah menyeberang Sungai Mekong!



Mendekati perbatasan Kamboja - Vietnam, mulai banyak bertebaran tempat hiburan malam dan kasino. Mirip Las Vegas dan ala Sin City. Korban perdagangan manusia, esek-esek dan narkoba jadi satu kumpul disini.


Saya salut dan angkat topi untuk negara Kamboja, negara kecil namun berjiwa besar. Mereka sangat berani dan kreatif dalam mengemas wisata sejarah kelam untuk dijadikan sebuah pelajaran bagi generasi penerus, wisata dan pelajaran yang tidak saya temukan bahkan di negara saya sendiri, Kebesaran hati dan kehebatan bangsa Kamboja layak disejajarkan dengan bangsa Jerman. Saya kemudian berpikir, negara saya yang selama ini gombal sebagai negara yang besar dan tidak melupakan sejarah justru cuek dan tidak seberani Kamboja, mengakui sejarah kelam, yang saya maksud adalah Pembantaian Massal Tahun 1965 di Indonesia...



Ohh Phnom Penh, till we meet again...



Tips :
1.·         Mengunjungi Choeung Ek Genocide Memorial saya sarankan untuk menggunakan pakaian yang sopan, untuk menghormati yang meninggal disana. Saya pake kemeja batik, jeans yang ga belel dan sepatu. Hotpants dan tanktop disimpan dulu buat nanti malam (lho). Lokasi Choeung Ek sekitar 15 km lumayan jauh dari Phnom Penh dan melewati jalan yang berdebu, bawa masker, kacamata hitam dan air mineral selama perjalanan bisa sangat membantu. Cek disini www.cekillingfield.com

2.         Saat di tuk-tuk dalam perjalanan ke dan dari Choeung Ek saran saya simpan barang berharga dalam jangkauan aman untuk menghindari hal yang ga enak seperti jambret dan begal (Woi, emangnya ada begal di Kamboja??).

3.·         Hati – hati saat mengunjungi Tuol Sleng, di luar pintu masuk banyak orang yang minta-minta, dengan kondisi mata mereka yang rusak dll. Ga bisa dibuktikan juga mereka korban kejahatan Khmer Merah, saran saya langsung katakan “No!” dengan tegas dan cuekin. Sekali dikasih uang mereka akan ngelunjak dan bawa massa. Jika daytrip seperti saya dan harus membawa ransel ke objek wisata, kantor Tuol Sleng & Choeung Ek mengijinkan kita menaruh ransel dan itu gratis. Pastinya sudah saya persiapkan gembok kecil untuk ransel kesayangan. www.tuolsleng.com

4.·         Agen Mekong Express di dekat hostel atau sekitar Russian Market menyediakan shuttle gratis ke agen utama mereka di dekat Royal Palace. Harga tiket bis Mekong Express Phnom Penh – Ho Chi Minh City 15 USD. Sampai di agen utama mereka perhatikan pengeras suara dan tanyakan pegawai disana. Tidak lucu kalau salah naik bis. Pelayanan bis ini paling oke di wilayah ini, guide dan wifi gratis tersedia, saya dikasih biskuit lumayan banyak dan air mineral, bekal ini sangat berguna ketika menunggu di pos perbatasan Moc Bai yang lama banget, macam nunggu sodakoh, daging kurban di Istiqlal atau Bantuan Langsung Tunai. Hampir empat jam kita satu bis nunggu demi sebuah cap di paspor masing-masing sama petugas imigrasi Vietnam yang bloon! Puji Tuhan rokok kretek bisa menghibur dari rasa kesal. Tau kenapa lama? Mereka sibuk mainan Zuma, serius! Anjirrr catmekongexpress.com



0 komentar:

Posting Komentar