Tidak terasa tepat
setahun yang lalu dapat rejeki durian runtuh bisa keliling benua biru. Tidak terasa
juga dapat wangsit isi artikel sok religius begini…
Tuhan lewat
tanganNya selalu memberi manusia beragam tantangan untuk semakin mengimani
berkat yang diberikanNya. Menurut saya Tuhan sudah ada di hati kita masing –
masing. Kadang kita terlalu jauh mencari Tuhan hingga berteriak dengan suara
lantang mencari Tuhan. Tidak perlu melangkah secara terburu-buru, nanti mudah
lelah dan meninggalkan ajaranNya. Ia datang dari hati kita disaat Ia yakin ini
saat yang tepat untuk memberikan tantangan, Ia ingin melihat ciptaanNya naik
kelas dan semakin beriman. Beriman bukan beragama.
Hari ketiga kaki ini berpijak di benua biru, Tuhan menguji iman. Keluarga beribadah secara katolik. Jalan salib adalah hal yang sangat familiar bagi keluarga katolik seantero dunia mulai dari keluarga katolik di Indonesia sampai Irlandia sana. Jalan salib merupakan salah satu prosesi ibadah yang dijalankan dalam menyambut Paskah (di Muslim hampir mirip seperti mengitari Ka’bah). Jarang sekali ikut ibadah jalan salib ini, terakhir kali waktu kuliah (itu pun dipaksa), sampai akhirnya Tuhan memerintahkan hati, pikiran dan tenaga untuk ibadah jalan salib saat ke dan di Roma, ikut merasakan deritaNya, banyak jalan menuju Roma bisikNya…
Hari ketiga kaki ini berpijak di benua biru, Tuhan menguji iman. Keluarga beribadah secara katolik. Jalan salib adalah hal yang sangat familiar bagi keluarga katolik seantero dunia mulai dari keluarga katolik di Indonesia sampai Irlandia sana. Jalan salib merupakan salah satu prosesi ibadah yang dijalankan dalam menyambut Paskah (di Muslim hampir mirip seperti mengitari Ka’bah). Jarang sekali ikut ibadah jalan salib ini, terakhir kali waktu kuliah (itu pun dipaksa), sampai akhirnya Tuhan memerintahkan hati, pikiran dan tenaga untuk ibadah jalan salib saat ke dan di Roma, ikut merasakan deritaNya, banyak jalan menuju Roma bisikNya…
Pelajaran pertama dan
kedua dalam “ibadah” ini. Sebelum berangkat ke bandara, tiba – tiba tumbler
tumpah. Apesnya, air merusak eticket
menuju Roma. Sempat KZL, beruntung airnya tidak merusak barcode eticket dan masih bisa dibaca mesin Easyjet bandara
Schiphol. Gambar diatas adalah bukti ketidakjelasan info dari Easyjet, banyak
penumpang kerepotan memasukan tas kecil mereka ke dalam satu ransel. Tidak
sedikit yang gagal menjadikan satu dan terpaksa membayar kelebihan barang bawaan.
Dibalik cobaan tadi
masih bisa bersyukur. Pesawatnya masih kinyis
– kinyis, jarak antar kursi Easyjet jauh lebih luas dan nyaman dibanding Ryanair.
Pesawat Easyjet ini ternyata ababil,
saya diperbolehkan mengeluarkan lagi tas kamera (yang sebelumnya wajib dijadikan
satu kedalam ransel) saat di atas kabin. Kebiasaan kalo naik pesawat; baca safety on board, lepas sepatu terus
tidur, ademmm benerrr…
Perjalanan udara
dari Amsterdam ke Roma menempuh waktu dua jam jelajah. Bersyukur lagi pramugari
Easyjet ini prima donna italiano lebih
ramah dari Emirates. Sengaja pilih aisle
seat, keles kesenggol mbak mugari
italiano ini (N.G.A.R.E.P). Una belleza prima donna…
Pelajaran ketiga. Harus
berjalan lumayan jauh dari pintu keluar bandara Fiumicino ini untuk ke stasiun
bandara dan banyak tanya ke petugas bandara dimana letak stasiun kereta yang
agak membingungkan. Uscitaaa… Ciaooo Bellaaa… Syahrini gellaaa…
Hostel tujuan
sebenarnya terletak dekat stasiun Aurelia, sepuluh menit jalan kaki dari
stasiun itu. Menuju kesana harus transit di stasiun Roma Trastevere dulu kemudian
lanjut kereta lain (tidak perlu beli tiket lagi). Stasiun ini hanya terdapat
papan petunjuk jalur menuju stasiun Valle Aurelia, tidak ada papan petunjuk jalur
stasiun Aurelia (doang). Saat di Indo sudah foto di handphone kalo saya harus cari kereta FR5 dari Trastevere untuk ke
Aurelia (dik doank). Berhubung belum pegang peta kota Roma dan disana hanya
melihat papan petunjuk Valle Aurelia, maka saya setuju dengan kata adik (bisa
saja info dari google saya kurang update)
untuk ambil kereta FR3 ke Valle Aurelia. Pelajaran keempat (paling berat) segera
akan dimulai…
Pelajaran keempat dimulai
di stasiun Valle Aurelia (dekat Vatican City). Ternyata beda dari stasiun
tujuan kami meskipun namanya hampir mirip, sadar kalau nyasar setelah di pintu
keluar. Tanya anak kecil di luar stasiun yang coba menerangkan dengan bahasa
tubuh dan italianonya kalo tujuan
saya masih sangat jauh. Berikut tampilan di googlemap
rute jalan salib di Roma…
Perjalanan yang
sangat jauh dan membawa salib masing – masing alias ransel yang sangat berat. Maksud
tanya ke penjual toko dan beli air mineral, karena dehidrasi mengakibatkan salah
beli tonik yang dikira air mineral. Dehidrasi juga sempat membuat kami
meninggalkan tas kamera saat asik mengambil nafas di depan tangga stasiun metro
Ubaldi. Panik berat, beruntung tuan pemilik toko alat musik di depan stasiun
menyimpannya untuk kami. Semoga ada rejeki bisa kembali ke Roma menemui anda
lagi Signore, Tuhan memberkati anda dengan
kelimpahan rejeki, Signore!
Lebih dari lima kali
beristirahat sepanjang rute yang menanjak ini. Saat istirahat ga sengaja ketemu
mobil yang namanya lucu banget, Agila. Gila memang jalan sejauh ini dan membawa
ransel yang sangat berat. Bodohnya, tidak kepikiran untuk tanya sopir bis yang
melewati rute jalan kaki ini, sekedar untuk tanya tujuan atau beli tiket bis ke
hostel.
Saat nafas sudah
mulai menipis, setelah lebih kurang jalan kaki selama satu jam dari daerah
sekitaran Vatican City. Tiba di hostel tujuan bagaikan menemukan oase di padang
Gurun Sahara. Kapan
lagi ketemu penginapan seharga 9€ / malam di kota besar Eropa saat musim panas.
Mbak resepsionis bilang kalo penyebutan nama orang Indonesia mirip orang
Italia. (kalo nama baptis pasti mirip pelafalannya lah neng, kalo Wakwaw pasti ente
bilang beda lah neng, bilang aja eneng mau modusin abang yang sedang keletihan yee).
Beginilah penampakan
tenda Camping Village Roma untuk tidur selama liburan di Roma; charge
handphone, makan, mandi langsung ngaso
di barak ini. Apakah pelajaran dari Tuhan sudah selesai? Tentu tidak.
Melihat sepotong pizza yang dijual di supermarket hostel membuat tergoda.
Setelah dimakan ternyata hanya sepotong pizza yang dilapisi saus tomat, aneh banget
rasanya (lebih enak ngemil meicin)…
Tips :
1. Berhubung membawa koper dari Jakarta dan berencana untuk
keliling Eropa hanya dengan ransel (backpackeran)
menggunakan pesawat low cost, koper dititipkan
di hostel Stayokay sebelum berangkat ke Roma, gratis.
2. Maskapai Easyjet ini tricky
abis. Eticket menyebutkan setiap
penumpang diperbolehkan membawa satu tas kecil (tas kamera dan semacamnya) dan
satu tas ransel (sesuai dimensi yang mereka persyaratkan) boleh dibawa masuk ke
dalam kabin. Tapi saat antri check in,
petugas Easyjet Schiphol menyarankan semua
tas harus dijadikan satu! Setelah bergulat dengan isi ransel, akhirnya tas
kamera bisa dimasukkan jadi satu dengan ransel dan terhindar dari biaya
tambahan.
Mayoritas bandara di Eropa mewajibkan calon penumpang untuk mengeluarkan
laptop dari ransel / koper saat akan diperiksa sinar pemindai, segera pisahkan
dari dalam ransel saat antri supaya nanti ga kelabakan.
3. Beli tiket kereta bandara yang dioperasikan oleh Trenitalia di
mesin penjual tiket di stasiun bandara. Untuk tiket BIG / BTI card bisa dibeli di mesin penjual tiket
khusus (beruntung ada satu mesin di hostel), sopir bis Roma bus / metrebus dan stasiun
pusat Termini (kalo tidak salah). Tiket tadi tidak ada yang jual di bandara (beda
dengan mesin Trenitalia). Jangan lupa sebelum naik untuk validasi dengan memasukkan
tiket ke alat pencetak (barcode machine),
setelah muncul bunyi nanti akan tercetak jam dan tanggal di bagian kosong
sebelah atas / bawah tiket.
Menghindari salah komunikasi, lebih baik tulis nama stasiun di
kertas dan tunjukkan ke petugas. Kemaren saat tanya Aurelia (doang) petugas
langsung mengiyakan dan mengira itu Valle Aurelia, jadinya nyasar.
4. Perhatikan dengan seksama saat membeli air mineral. Roma dan
negara Eropa tersedia dua pilihan air mineral yang berbeda. Satu air mineral
kemasan yang selalu kita minum di Indo, satu lagi air mineral dengan campuran
soda (sumpah ga enak, aneh dan bukan pelepas dahaga). Makan beli saja pasta / Italian food di toko lokal. Bagi
penikmat kopi sirup alias starbucks tidak ada di Roma. Kedai kopi disana endesss, cappucino dan lattenya kelas
dunia.
5. Tidur di tenda Camping Village Roma ini seru banget,
disarankan tidur malam pake coat plus
selimut. Angin malam Roma juga dingin dan menusuk. Kereta FR5 dari stasiun Roma
Trastevere ke Aurelia (daerah Grosetto) itu beneran ada meskipun papan petunjuk
di Trastevere bertuliskan ke arah Civitavecchia - Pisa. Kalo minat bermalam murah
di Camping Roma ga usah khawatir masalah transportasi. Hostel ini juga
menyediakan amenities standar dan
peta kota yang cukup lengkap, keduanya gratis. Bagi internet freak hostel ini kurang cocok, wifi tersedia hanya di
pusat informasi, itu juga kurang kuat.
0 komentar:
Posting Komentar