“To travel is to live” Hans Christian Andersen
Tidur di tenda
bersebelahan dengan tenda lain ini sangat menantang. Suara bule di tenda
sebelah mudah terdengar. Beruntung bule
sebelah ga macem macem malemnya, bisa gawat klo
keluar suara misteri. Apa mereka sebelumnya merasa terancam dengar tenda sebelahnya
yang ditempati warga dunia ketiga ini ngorok dan ngigau jadi doi mikir dua kali berbuat macem –
macem. Pengalaman liburan di Roma yang sangat amat seru.
Setelah puas
menikmati surga dunia warisan bangsa Romawi yaitu pastry dan cappuccino sebelumnya, target operasi hari ini adalah
masakan utama Italia. Masakan Italia sangat terkenal enak. Mayoritas pasti
sudah pernah makan pizza, pasta, lasagna dan spaghetti. Itu masih masakan
utama, hidangan pencuci mulut seperti gelato juga sudah familiar di lidah.
Diselimuti (taeeelah) rasa penasaran
seberapa enak masakan Itali yang dimasak oleh tangan italiano sendiri dan beruntung lagi di negaranya Fransesco Totti, akhirnya
mendaulat (tsaaah) kota Roma ini sebagai
wisata kuliner yang cocok dijadikan tempat berpetualang baru. Maknyusss…
Biar kata wanita
Roma kalah panas dengan wanita Eropa Timur, gaya berbusana wanita Italia sangat
enak dilihat mata. Saingan mereka hanya kaum hawa dari Perancis. Mereka sangat
berbakat memadukan busana yang terlihat sederhana menjadi terlihat sangat elegan.
Cuci mata tidak selalu masalah keindahan wanita, Roma juga punya potensi lain
yang membuat mata segar. Potensi itu adalah puluhan museum, gereja dan bangunan
bersejarah warisan dunia. Rome is a home
of thousand open air museums…
Serigala – Serigala Roma memang sebutan yang layak dialamatkan (taeelah) bagi kaum adam yang mencari keindahan kaum hawa saat di Roma. Istilah ini jauh lebih keren daripada Ganteng – Ganteng Serigala atau Ganteng – Ganteng Sering Gila. Auwwwww (tukul dong)
Buongiorno Roma
Penampakan mesin
penjual tiket BIG / BTI (dikelola pihak kota Roma,mirip Transjakarta), umumnya
mesin didominasi warna merah. Beda dengan mesin penjual tiket Trenitalia (dikelola
pemerintah pusat, KAI orang itali), umumnya mesin didominasi warna hijau. Mesin
ini menerima uang kertas dan koin. Kartu transportasi umum BIG / BTI cukup
terjangkau untuk menjangkau sebagian besar wilayah Roma.
Setelah memasukkan
sejumlah uang, keluarlah tiket ini. Halte di Roma biasanya ada petunjuk
berwarna kuning. Coba sudah punya tiket ini kemarin, tidak akan punya cerita
jalan kaki sejauh lima kilometer.
Setelah masuk di
dalam bis, segera cari alat validasi tiket berwarna kuning.
Transport dari halte
depan hostel menuju Olimpico stadium mewajibkan dua kali transit, transit
pertama di sebuah terminal / pool bis
Circonvallazione Cornelia. Sekitaran terminal ini banyak yang menjual makanan
italia. Salah satu rekomendasi tempat makan di Roma namanya Gastronomia
Pasqualetti, tempat makan ini dekat sekali dari terminal di perempatan jalan.
Tempat makan ini juga menjual tiket sepakbola AS Roma melawan Lazio. Pasta bacon
carbonara dan panininya terjangkau dan endesss
bingits.
Sudah sampai Roma
kalau tidak mampir ke Olimpico stadio keterlaluan, wajib hukumnya buat para
pendukung FC Barcelona. Stadion ini sangat bersejarah bagi Cules, koleksi trofi
UCL ketiga Barcelona dipersembahkan Lionel Messi cs disini. Selama di kota ini
jarang terlihat toko souvenir Lazio, kebanyakan menjual pernak pernik AS Roma. Vini, Vidi, Vici…
Piazza de Poppolo.
Bagi yang senang nonton Da Vinci Code pasti hapal tempat satu ini.
Saat lagi ngaso
tengok kiri ketemu dua bidadari ini. Sempat mau modusin minjem korek api ke dua
mbak – mbak Roma ini, sekalian tingkatin rayuan Standar Nasional Indonesia ke
rayuan Standar Nasional Italia. Sederhana
gayanya tapi elegan. Mbak yune udad udud sek.
Selama jalan kaki
dari Piazza de Poppolo ke Trevi sempat ada sedikit ketegangan. Tiba – tiba
carabinieri (mungkin nilang) si bro yang pake topi ini. Si bro sempat ga terima
dan meneriakkan petugas “rasiso, rasiso” atau rasis. Sempat jadi pusat
perhatian para pejalan kaki, gerimis sore di Roma menjadi agak panas. Lumayan mata
ini liat hiburan gratis. Bisa jadi mereka berantem karena masalah dunia
percintaan…
Salah satu tempat
legendaris di Roma, kurang beruntung sedang diperbaiki dan agak gerimis saat
itu. Mitosnya kalau melempar koin disini bisa kembali lagi ke Roma, kalau
melempar keringat bisa lama menetap di Roma (tapi boong). Trevi Fountain
Gelato ini enak
banget, dijual di samping Trevi. Selain itu, di sekitar sini banyak tempat
makan yang sudah direkomendasikan Tripadvisor. Rasanya jelas enak, tinggal cari
yang sesuai isi dompet. Not only my heart
beats Red and White, but also my gelato…
Roma open air museum (1), Tempio Adriano.
Rencana awal dari
Tempio Adriano jalan kaki langsung ke Pantheon, tak sengaja lewat depan rumahMu
(tenda biru mode on). Gereja Ignacio de Loyola (Ignasius dari Loyola) ini ternyata buagusss bangettt. Lumayan agak
lama disini sekalian bertobat.
Pantheon. Masuk ke
tempat ini penjagaan agak ketat, mungkin salah satu objek vital di Roma. Pengunjung
dilarang berisik selama di Pantheon. God is
that You??
Roma open air museum (2), Colloseum.
Disini banyak turis berwajah Asia minta tolong fotoin, besok pasang tarif jasa boljug. Wani pirooo…
Tips :
1. Pengalaman naik transportasi umum di Roma, meski sudah
menunggu bis di halte resmi, saat melihat bis dari kejauhan menuju halte mohon
untuk sedikit melambaikan tangan (mirip Uji Nyali) supaya doi berhenti agak lama. Sebelum turun di halte tujuan, tekan tombol
dekat pintu keluar untuk memberitau supir.
2. Banyak yang menyarankan untuk tidak membeli makanan burung dan
meminta tolong orang asing (orang Italia / imigran) memfoto kita di tempat umum,
beruntung kemarin tidak ketemu ini di Roma. Minta tolong sesama turis (dari
Asia ide bagus) untuk foto. Tolak dengan sopan dan tegas para penjual kalung
(penjual Imigran), doi jualan agak
maksa. Copet di Roma lebih banyak, meskipun begitu banyak juga warga kota Roma
yang tulus memberikan informasi.
3. Transportasi umum / bis langsung dari halte depan hostel ke
pusat kota Roma lebih nyaman naik dan turun dari terminal bis Cipro, naik bis 247/246.
Kemudian dari terminal Cipro bisa dilanjutkan naik metro / bis untuk ke obyek
wisata. Terminal bis Cipro dengan jalur metro dekat dan terintegrasi.
0 komentar:
Posting Komentar