"Cambodia, a country
with thousand pagodas"
Yep, pengalaman pertama ke luar negeri
disambut banjir. Gila ini sih bukan liburan, ngerasa lagi di salah satu
kecamatan di Jakarta waktu musim banjir. Kesan pertama tiba di Phnom Penh
sebelas duabelas Jakarta, wajah orang Kamboja mirip, banyak kendaraan pribadi
dan tentunya pagi hari macet di segala penjuru!
Maaf curcol dikit diawal. Kenapa memutuskan Kamboja? Selain relatif murah, pasti
akan dapet sedikit pelajaran & pengalaman berharga kalau pilih negara yang
berbahasa Melayu juga (baca : Singapura & Malaysia), cari tantangan dan
suasana baru. Selain itu, Kamboja punya potensi pariwisata yang
belum dimiliki negara ASEAN lain. Sekalian ngelatih bahasa isyarat, tubuh, qolbu
dan inggris sih. Pengalaman liburan di Kamboja sangat berharga.
Oke fokus!
Perjalanan dari Jakarta ke Phnom Penh kurang lebih tiga jam naik pesawat
terbang, mirip Jakarta ke Lombok. Sebelumnya baca berita di Jakarta
kalo Phnom Penh kena banjir lumayan gede, ga begitu percaya dong karena
udah beli tiket. Sebelum mendarat baru percaya, baru mulai kelihatan banjir
dimana-mana. Amsyongggg
Setelah tiga jam pesawat mendarat mulus di Bandara Internasional Phnom Penh.
Bandaranya imut-imut mirip cabe-cabean, kecil tapi efisien, mirip Adi Sucipto
di Yogya. Sebagai saudara sesama ASEAN, langsung aja cusss lewat imigrasi
ga butuh visa macam bule. Kecuali kalo naturalisasi ya, ga tau deh butuh visa
apa ga.
Kelar dicap imigrasi, langsung cari transport ke hostel. Pilihan hemat
hanya ada tuk-tuk. Tuk tuk itu mirip ojek namun udah dimodif ala pimp my ride jadi
bisa nampung empat orang. Supir tuk tuk ada dua versi, yang berseragam coklat
dan yang ga berseragam. Pengalaman naik yang berseragam mangkal di
parkiran bandara, yang ga seragam mangkal di luar bandara. Agak mahal emang
cuma pelayanan relatif lebih bagus.
Ada pengalaman lucu ketika naik tuk tuk. Karena saya pake batik tapi
berwajah menyerupai rakyat Kamboja, selama perjalanan bandara ke hostel selalu
jadi pusat perhatian, dari emak-emak, anak muda sampai biksu. Mereka kompak
perhatiin saya!
Beruntung, ada artikel yang cukup menyentil dari seorang Guru Besar UI.
Berikut beberapa kata-kata beliau...
"Mayoritas anak-anak muda Indonesia adalah pelancong lokal"
"Pergilah ke luar negeri yang tidak berbahasa Melayu"
"Malu jadi katak dalam tempurung"
Tantangan dari Bapak Rhenald Kasali untuk anak muda Indonesia, bisa dilihat disini.
You guys might buy new original LV bag and new gadgets but Experience is priceless...
Tips :
1. Tidur, karena mental hemat & ala ransel (backpacker) saya
rekomendasi Mad Monkey Hostel. Kelebihan nyaman, aman, lokasi strategis (ala
tante Feni Rose) dan banyak supir tuk tuk paham alamat hostel ini. Harga
bersahabat, senin harga naik (Feni Rose lagi, Feni Rose lagi). Berhubung saya
kurang suka sama si kartu kredit, untuk pemesanan hostel saya minta tolong jasa
kartu kredit agan di kaskus yang punya reputasi bagus. Cek hostelworld.com untuk harga terkini.
2. Makan,
coba makanan lokal. Murah dan banyak dipinggir jalan. Yaa ga usah terlalu lenje
mikir kebersihan juga sih kan udah pada makan cilok pinggir jalan Jakarta kan?!
Imunitas WNI kuat lho. Saya menemukan makanan mirip bubur kepiting + cakwe
rasanya enak banget, deket hostel. Dari pintu keluar hostel belok kiri, ikutin
jalan lurus terus sampe mentok ketemu jalan protokol, ambil kanan nah
tokonya di sekitar situ. Bubur yang jual oma-oma sama cucu-cucunya yang cantik
kinyis-kinyis. Banyak pekerja kantoran yang makan di tempat oma tadi, terjamin
rasanya, ciamik! Melipir ke daerah Sisowath boleh juga, sebaiknya hindari makan
di Russian Market (dikasih saran sama abang tuk-tuk eike).
3. Uang,
di Kamboja berlaku USD dan Riel Kamboja. Kalo ribet cari Riel, tuker
rupiah di Ayu Masagung Kwitang. Untuk nilai tukar terkini silahkan cek xe.com
4. Transportasi, transportasi selama di Kamboja tuk tuk adalah moda transportasi andalan. Harus jago nawar
sama abang tuk-tuk. Kemaren saya kena relatif agak mahal, daytrip (hostel
> Choeung Ek > Tuol Sleng > agen Mekong Express) kena 25 USD, menurut
saya bisa sekitaran 20 USD. Harga dari bandara ke hostel (daerah hostel &
sekitar Royal Palace) berkisar di 9-10 USD. Ajak temen yang jago nawar bisa
jadi pilihan penikmat wisata bijak. Cieee
5. Penting banget, saya siapkan fotokopian paspor, alamat hostel dan
KBRI setempat, saya juga menyiapkan cetakan paspor dalam versi pdf di flash
disk untuk jaga-jaga.
0 komentar:
Posting Komentar